Kamis, 12 Oktober 2017

kunci-mu

"Hey.." sapamu. Aku berbalik dan menemukan sepasang mata yang berbinar. Aku menatapmu heran. Ada apa?
"Apa kau punya kuncinya?" Tanyamu sambil berseri. "Kata orang kau punya kuncinya. Tolong beritahu aku!" Ujarmu lagi. Aku semakin tak mengerti. Kunci manapun yang kau maksud, jelas aku tak memilikinya. Satu-satunya kunci yang ada di saku-ku, dan di seluruh tempat manapun yang adalah hak-ku, hanya kunci berkarat tempat tinggalku. Rumah mungil yang rasa-rasanya hampir roboh. Aroma kayu dan rayap yang mungkin beribu-ribu itu selalu menerpa saat pintunya yang berdecit kubuka. Selain itu, aku tidak punya kunci. Kunci loker sekalipun. Aku menggeleng menjawab pertanyaanmu, dengan bingung. Wajahmu memelas, dan kau mendesak, "Tapi orang-orang bilang kau punya!" Hah! Geram sekali aku melihatmu. Tidak ya tidak. Sekali lagi aku menggeleng, "kunci apapun itu, aku tidak tau" kataku. Mencoba meyakinkan. "Memangnya kau cari kunci apa?"
"Aku mencari kunci agar mampu menyelami laut dunia tanpa meninggalkan tempat ini" suaramu lesu, namun ada secercah harap. "Aku juga mencari kunci, untuk menatap matahari terbenam di pagi hari.." Mana bisa! Matahari terbenam di sore hari, batinku. "Aku mencari kunci...membuka jendela dunia" Aku tersentak, seperti memahami. Tapi aku mengeleng lagi, seketika lupa apa yang kau maksud, meski beberapa detik sebelumnya memaknai tujuanmu. "Adilnya begini, kau ikut aku saja ke rumahku. Nanti kau cari sendiri kunci itu" rayuku. Aku duga kau tidak punya tempat tinggal dan usiamu terlihat amat muda. Tak akan kubiarkan kau kelaparan. Kau setuju. Perlahan kita menaiki tangga reyot, membuka daun pintu yang berdcit, menghirup aroma kopi, dan menemukan..selemari penuh buku-buku terpampang serampangan di rak lapuk, nyaris tumbang...
Dan matamu... binarnya semakin terang
#random

Tidak ada komentar:

Posting Komentar