Kamis, 31 Maret 2016

April Mop, Lelucon, dan Islam dalam Menanggapinya

"Li...pulang sekarang!" Kata Tio dari seberang telepon. Ali bingung. Tumben sekali sepupunya yang pelit itu rela mengeluarkan pulsa demi meneleponnya. Pasti ada sesuatu.
"Kenapa, yo?"
"Ada kabar buruk. Udah, buruan pulang sekarang!" Suara Tio panik. Ali makin merasa khawatir tak karuan. Diambilnya helm dan sepeda motor. Dia memacu kendaraannya segera menuju Depok, rumahnya. Di perjalanan hujan turun serintik demi serintik, lantas lama-lama menderas membasahi jalanan. Ali tak peduli. Ia ingin segera pulang dan mengetahui kabar buruk apa yang menanti.
Sesampainya di gang rumah, dilihatnya bendera kuning terpasang. Hatinya makin dag-dig-dug. Ada apa? Dia hentikan motornya, dengan perlahan dilangkahkan kakinya yang mulai terasa berat. Ada apa ini ya Rabbi? Di pintu rumah, Tio menunggu dengan pakaian serba hitam. Beberapa sepupu yang lain pun sama. Ali lemas.
"Ada apa?" Tanyanya nyaris tak terdengar.
"Ibu..ibu.." Tio terbata.
"Ibu kenapa yo???" Ali menatap Tio, memohon agar jawaban yang diterimanya tak menyedihkan. Air mata menetes. Ali menggeleng-gelengkan kepala. Ibu pasti baik-baik saja.
"Sabar li.." Tio mengusap punggung sepupunya itu.
"Tapi aku baru ketemu ibu minggu lalu. Ibu baik-baik aja" Kata Ali sambil sesenggukan. Tiba-tiba Tio tertawa tertahan.
"Makanya, kubilang sabar. Ibu..ibu..baik-baik aja! Huahahaha! APRIL MOP!" Kata Tio. Ali tersentak. Apa?? Ini semua cuma lelucon? Tangan kebas, basah kuyup, dan isak tangisnya ini hanya lelucon? Tio masih tertawa kegirangan. Sepupu yang lain juga tertawa, ada yang memegang bendera kuning yang tadinya dipajang di gang rumah. Ibu Ali datang menenteng belanjaan.
"Ada apa ini?" Tanyanya heran, apalagi dilihatnya anak lelakinya ada di rumah. Ali setengah tak percaya menatap ibunya dan Tio. Hampir saja dimakinya Tio, jika tak mengingat sabda Rasulullah, "Laa taghdhab wa lakal jannah. Jangan marah, bagimu surga". Ali mendesah. Tio menepuk-nepuk punggung basah Ali.
"Becanda, li. Becanda. Ulang tahunmu kan besok, sekalian april mop juga." Dengan gigi gemeretak Ali menepis tangan Tio, lalu menuntun belanjaan ibunya. Grr...keterlaluan. jauh-jauh ia naik motor dari Bogor ke Depok hanya demi lelucon tak berguna.

***

Kisah di atas merupakan salah satu contoh dari perayaan april mop. Sudah menjadi tradisi, tanggal 1 April dirayakan sebagai Hari Lelucon Sedunia. Pada hari ini, orang-orang dianggap boleh bercanda semau hatinya. Kebohongan demi kebohongan dilontarkan, untuk menarik tawa dari orang yang menyaksikan. Lantas, bagaimana Islam melihat perayaan Hari Lelucon ini?

Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:

أَنَا زَعِيمٌ بِبَيْت فِي رَبَضِ الْجَنّّةِ لِمَنْ تَرَكَ الْمِرَاءَ وَإِنْ كََانَ مُحقًّا وَبِبَيْتٍ فِي وَسَط الْجَنَّةِ لِمَنْ تَرَكَ الْكَذِ بَ وَإِنْ كَانَ مَازِ حًا وَبِبَيتِ فِي أَغلَى الْجَنَّةِ لِمَنْ حَسَّنَ خُلُقَهُ

"Aku menjamin dengan sebuah istana di bagian tepi surga bagi orang yang meninggalkan debat meskipun ia berada di pihak yang benar, sebuah istana di bagian tengah surga bagi orang yang meninggalkan dusta meski ia sedang bercanda, dan istana di bagian atas surga bagi seorang yang memperbaiki akhlaknya."[1]

Oleh sebab itu, berdusta meskipun hanya bercanda tidak diperbolehkan. Di hadits lainnya diriwayatkan, Rasulullah saw memberikan peringatan terhadap orang yang berdusta untuk membuat orang lain tertawa. Sabda beliau,

وَيْلٌ للَّذِي يُحَدِّ ثُ فَيَكْذِبُ لِيُضْخِكَ بِهِ الْقَوْمَ ويْلٌ لَهُ وَيْلٌ لَهُ

"Celakalah seseorang yang berbicara dusta untuk membuat orang tertawa, celakalah ia, celakalah ia" [2]

Bercanda bukanlah sesuatu yang tidak diperbolehkan sama sekali. Rasulullah tetap bercanda, namun semua yang dikatakan beliau benar adanya. Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu pun menceritakan, para sahabat bertanya kepada Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam, “Wahai, Rasullullah! Apakah engkau juga bersendau gurau bersama kami?” Maka Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam menjawab dengan sabdanya,“Betul, hanya saja aku selalu berkata benar.” [3]

Berdusta hanya boleh dilakukan untuk hal-hal tertentu saja. Misalnya, dalam berumah tangga seorang suami boleh berkata bahwa makanan yang dimasak istrinya enak untuk menyenangkan hati istrinya tersebut, meski kenyataannya tidak. Dalam strategi berperang pun, perkataan bohong boleh diucapkan. Hal ini berdasarkan hadits yang dikatakan Ibnu Syihab. lbnu Syihab berkata; "Saya tidak pernah mendengar diperbolehkannya dusta yang diucapkan oleh manusia kecuali dalam tiga hal, yaitu; dusta dalam peperangan, dusta untuk mendamaikan pihak-pihak yang bertikai, dan dusta suami terhadap istri atau istri terhadap suami (untuk meraih kebahagiaan atau menghindari keburukan)."

Terdapat banyak sekali ancaman bagi para pendusta. Perkataan dusta dapat membawa kepada dosa yang besar. Apalagi jika dusta yang kita ucapkan membuat khawatir saudara atau teman kita. Rasullullah shallallahu’alaihi wa sallam juga bersabda: “Tidak halal bagi seorang muslim untuk menakut-nakuti muslim yang lain.” (HR. Abu Dawud).

Islam begitu sempurna dalam mengatur adab dalam hidup sehari-hari. Bahkan, untuk bisa menjaga perasaan muslim maupun manusia lainnya, berbagai hadits dan wahyu diturunkan. Semua ini menunjukkan kesempurnaan Islam dalam mengatur tatanan hidup di muka bumi. Masya Allah.

Sementara itu, manusia malah seringkali lalai dalam mengikuti petunjuk hidup yang telah diberikan. Dunia dianggap sebagai tempat untuk bercanda-ria. Banyak yang lupa bahwa setiap perbuatan dan perkataan akan dipertanggungjawabkan kelak di akhirat. Allah swt. Berfirman di dalam Al Quran surat An Nisaa ayat 142, yang artinya:
"Dan tidaklah mereka mengingat Allah kecuali sedikit"

Maka dari itu, perayaan april mop merupakan sesuatu yang tiada gunanya. Banyak tertawa juga dapat mengeraskan hati. Daripada lisan ini digunakan untuk bercanda dan berdusta, bukankah lebih baik ia digunakan untuk dzikrullah, yakni mengingat Allah?

"Hai orang-orang yang beriman, berdzikirlah (dengan menyebut nama) Allah, dzikir yang sebanyak-banyaknya." (Q.S. Al Ahzab:41)



Wallahu'alam

(Tria Ratu Hudzaifah)

Rabu, 06 Januari 2016

aku kamu

Sebuah cerita
Tokoh: aku, kamu

Aku adalah seorang penjaga toko, yang ruangannya dipenuhi bunga daisy kuning-putih, aroma kayu dari bangunannya, berbaur dengan kopi susu di dalam mug keramik. Di sekitarnya banyak rak-rak dengan buku tua. Aku si kutu buku berkacamata.
Kamu adalah seorang pelajar yang gila sastra. Minuman favoritmu adalah kopi susu. Saban hari kamu mengunjungi toko, dan menatap buku di rak serta menghirup aroma kayu. Kita tak pernah berbicara. Suatu hari kamu datang, bukan untuk secangir kopi susu, tapi untuk memberikan bingkisan berwarna hijau sendu. Aku menatapmu terheran, matamu mengisyaratkan, buka saja. Di dalamnya terdapat buku yang jadi favoritku, di lembarnya terdapat sajak yang buatku terhenyak

Kau gadis beraroma kayu
Kesukaanmu adalah buku
Apa syaratku memilikimu?

Aku diam. Kuambil secarik kertas, lantas kujawab pesanmu

Kau pria kopi susu
Saban hari mengunjungiku
Aku tak mengenalimu
Mengapa kau menginginkanku?

Kamu lirih berkata, "tak layak kuungkapkan alasannya sekarang, gadis". Aku diam. Dan kamu bertanya kembali, "dimana rumahmu, gadis?apakah halamannya dipenuhi daisy kuning-putih?" Aku tetap diam. Kuukir lagi kata dengan pena

Mendapatkanku tak segampang itu
Mau tau ya cari tau

Kamu tersenyum. Gelas kopi susumu sudah habis, tertinggal di atas meja. Kamu meninggalkannya begitu saja. Lantas, kamu pergi.

Berbulan aku masih di sini, menjadi penjaga toko. Masih dengan aroma kayu, bunga daisy, dan tumpukan buku, tapi tanpa kopi susu. Bingkisan hijaumu tergeletak kesepian di sudut ruang, hanya ditemani selembar sajak.

"Hai, gadis. Kopi susu satu" aku terbelalak. Suaramu. Dan aroma kopi susu menyeruak kembali di ruang itu. Kamu menunggu, aku diam.

"Gadis, maukah kuceritakan tentang sebuah kota?" Dalam hati aku menjerit. Tentu! Tapi aku tau malu.
"Tidak, terima kasih."
"Kenapa?"
"Karena aku bukan tempatmu berbagi cerita." Sahutku. Jujur saja, batinku menggebu ingin tau. Tapi tidak.


Hari berlalu. Kali ini aku tidak menjadi penjaga toko. Aku adalah gadis yang sedang menatap bocah di halaman rumah. Ketukan terdengar di pintu. Kamu.

"Gadis, ayahmu ada?" Tanyamu tanpa basa basi. Terbata aku berkata
"Ada."
"Gadis, bolehkah aku masuk?"
"Silakan."

Kini kamu berhadapan dengan ayahku. Peluh membasahi dahimu, tapi senyum masih merekah di bibirmu.
"Tuan, bisakah saya memiliki putri tuan?" Tanyamu. Lagi, aku terhenyak.
"Mau kau jadikan apa gadisku?" Ayahku menjawab keras.
"Kujadikan seorang ratu, tuan." Katamu. Dan aku tersipu


#naoneta #iseng