Kamis, 05 Juni 2014

Bantu aku untuk ikhlas

Assalamu'alaikum
Aku tau,malam ini seharusnya aku belajar,menyiapkan diri menghadapi UAS yang tinggal setangan saja untuk menghitungnya. Tapi tak apalah, sempatkan sejenak untuk bercerita, aku benar-benar ingin bercerita.

Tadi ba'da shubuh, sekitar pukul 5 waktu Indonesia bagian Bogor..

Kemarin sore kuparkir sepedaku di depan asrama. Batinku bilang, parkir langsung saja di pos satpam,biar aman. Tapi batinku bebalku yang lain bilang, tak apalah, toh masih bisa nanti malam. Akhirnya aku pergi saja, dengan sepeda terkunci di depan asrama. Pukul 21.00 baru aku pulang. Ada rapat panitia penerimaan mahasiswa baru di kampusku. Kulihat sepedaku masih rapi di tempatnya semula. Batinku bilang, ayo simpan sekarang, nanti hilang. Tapi lagi-lagi malasku menang.Nanti sajalah, toh biasanya juga nyaris tengah malam kau simpan. Akupun beranjak ke lantai dua, menuju kamarku. Sepedaku pun terbiarkan begitu saja. Menjelang tengah malam, aku mulai mengantuk. Rasa kantuk itu amat sangat. Aku bertanya pada temanku,"sepedaku aman gak,ya?Ada di depan tuh.." Kata temanku,"In sya Allah amanlah, kan dikunci.." Aku yang sudah setengah sadar tak sadar saking mengantuknya pun memutuskan membiarkan sepeda itu 'nangkring' di bawah, di tempat terbuka. Malam itu aku mimpi buruk,padahal jarang-jarang aku bermimpi. Saat terbangun, sudah subuh, dan aku tak terbangun untuk sholat tahajud. Selesai sholat aku teringat sepedaku. Masih adakah ia? Masih di tengah dingin, aku ke bawah, dan ternyata sepedaku tak ada di tempatnya. Batin yang satu langsung berpikir ia hilang, tapi batin yang lain berpikiran sepeda itu dipindahkan satpam. Asrama ini kan gerbangnya tertutup semua, begitu lah pikirku. Bukannya melapor pada satpam,aku kembali ke kamarku dan merangkum bahan ujian. Sebenarnya hatiku tak tenang. Ke mana kiranya sepeda itu? bagaiman kalau ia hilang? Sepeda itu baru dua bulan menemaniku. Ayahku ngotot membawaku ke toko sepeda saat berkunjung ke Bogor."Mau dibeli kapan lagi kalo bukan sekarang?Mumpung papa lagi di Bogor.."Begitu kata beliau. Sebenarnya aku yang meminta dibelikan, kupikir saat kenaikan tingkat nanti baru kumiliki sepeda itu. Ternyata waktu itu memang rezekiku, dan resmilah aku mempunyai sepeda baru. Dengan bangga aku menaiki sepeda itu. Kadang dengan sombongnya mendengus ke arah orang-orang yang berjalan kaki. Padahal dulu aku sama seperti mereka. Kadang pula aku mendengus ke arah oranag-orang yang meminjam sepeda dari shelter, padahal akupun dulu begitu. Sampai suatu hari sepeda itu rusak, seminggu lebih ia teronggok di pos satpam. Setelah diperbaiki, kesombongan kembali merayapiku. Dan sekarang, seolah ingin menunjukkan bahwa sepeda itu bukanlah apa-apa, Allah mengambilnya. Entah melalui siapa. Ingin rasanya aku menangis, tapi teringat firman,"Allah tidak menguji hamba-Nya melainkan sesuai kemampuannya.."(Q.S. Al-Baqarah ; 286).Lalu teringat pula hadis “Tidaklah ada suatu musibah yang menimpa seorang muslim melainkan Allah akan menghapuskan dosa dengannya walaupun duri yang menusuk badannya.” (Imam al-Bukhari dan Muslim). Mengingat hadis inilah maka akupun menangis. Bukan karena kehilangan itu, tapi karena ternyata Allah masih menyayangiku. Kusadari belakangan ini aku futur,kurang beribadah, jarang berdzikir, tidak menjaga pandangan, sedekah pun berkurang. tak lagi kuhiraukan bapak tua yang setia nongkrong di dekat ATM demi uluran tangan orang-orang. Bahkan aku melecehkannya, merasa ia hanya pemalas. Padahal ialah sumber pahala umat muslim. Dulu aku biasa berjalan dengan teman-temanku, sambil saling menasihati.Hal itu jarang kulakukan sejak bersepeda. Apa daya sepeda hanya muat untukku, sehingga akupun jarang berjalan bersama mereka lagi. Ah, mungkin memang kehilangan ini adalah pengingat, sekaligus penghapus dosa. Ayat-ayat dalam surat Al Baqarah pun bermain-main di kepalaku.
“Dan sungguh Kami benar-benar akan menguji kamu dengan sedikit rasa takut, kelaparan, dan kekurangan harta, hilangnya jiwa, dan sedikitnya buah-buahan…(Surah al-Baqarah : 155)
“Dan berikanlah berita gembira kepada orang-orang yang sabar. (Yaitu) orang-orang yang apabila ditimpa musibah, mereka mengucapkan: ‘Inna lillaahi wa innaa ilaihi raaji’uun’ (Sesungguhnya kami adalah milik Allah dan hanya kepada-Nyalah kami akan kembali). Mereka itulah yang mendapat keberkahan yang sempurna dan rahmat dari Tuhan mereka dan mereka itulah orang-orang yang mendapat petunjuk”. (Q.S.Al-Baqarah 2 : 155-157) 
Begitulah..
tadinya aku mengutuk diri, kenapa begitu ceroboh? Kipas yang sangat aku sayangi, karena itu pemberian ayahku, ia hilang. Cincin emas yang diberi ibuku, turun temurun dari opungku (nenek dari ibu),pun hilang saat wudhu.Kali ini sepedaku. barang sebesar itu hilang begitu saja. Betapa cerobohnya. Belum seorangpun anggota keluarga yang kukabari. Bingung, bagaimana harus mengatakannya. Aku tak tau bagaimana nanti mama, ataupun papa,akan bereaksi.Marahkah?Sedihkah?Jujur aku takut.Tapi bagaimana, semua benda-benda itu telah hilang. Semoga hati ini bisa diberi keikhlasan. Aamiin Ya Rahman, Ya Rahiim.............


Minggu, 01 Juni 2014

Rindu Syahid

Aku rindu akan syahid
Tapi pantaskah?

Noda dosa tebal melekat
Siang taat , malam biadab
Berapi api tebar syiar
Tapi hati dingin seolah beku
Apa maumu? Syahid katamu?Sungguh tak tau malu!

Tapi aku tetap rindu akan syahid

Hah!Jangan mimpi!
Kau tak lebih dari pendusta!
Mulutmu berdalih, hatimu buta!
Apa tadi maumu?Syahid katamu? Inginmu itu palsu!

Percayalah aku ingin syahid..

Jangan munafiq!Bukankah ini dunia yang kau cinta?Bukankah ini dunia yang kau damba?
Syahid katamu?Kau bahkan tak mau mati!

Aku tetap ingin syahid, tak adakah caraku untuk syahid?

Dasar keras kepala! Sana kau pergi berdoa
Rabb-ku Maha Pembolak balik hati
Rabb-ku Maha Penentu Segala

Jadi, pantaskah aku syahid?Aku ingin menghirup aroma surga

Mintalah pada Rabb-ku
Mintalah agar dirimu dipantaskan

Ya Rabb, hangatkanlah hatiku, lembutkanlah jiwaku, bukakanlah pikiranku
Aku sungguh perindu syahid