Rabu, 06 Januari 2016

aku kamu

Sebuah cerita
Tokoh: aku, kamu

Aku adalah seorang penjaga toko, yang ruangannya dipenuhi bunga daisy kuning-putih, aroma kayu dari bangunannya, berbaur dengan kopi susu di dalam mug keramik. Di sekitarnya banyak rak-rak dengan buku tua. Aku si kutu buku berkacamata.
Kamu adalah seorang pelajar yang gila sastra. Minuman favoritmu adalah kopi susu. Saban hari kamu mengunjungi toko, dan menatap buku di rak serta menghirup aroma kayu. Kita tak pernah berbicara. Suatu hari kamu datang, bukan untuk secangir kopi susu, tapi untuk memberikan bingkisan berwarna hijau sendu. Aku menatapmu terheran, matamu mengisyaratkan, buka saja. Di dalamnya terdapat buku yang jadi favoritku, di lembarnya terdapat sajak yang buatku terhenyak

Kau gadis beraroma kayu
Kesukaanmu adalah buku
Apa syaratku memilikimu?

Aku diam. Kuambil secarik kertas, lantas kujawab pesanmu

Kau pria kopi susu
Saban hari mengunjungiku
Aku tak mengenalimu
Mengapa kau menginginkanku?

Kamu lirih berkata, "tak layak kuungkapkan alasannya sekarang, gadis". Aku diam. Dan kamu bertanya kembali, "dimana rumahmu, gadis?apakah halamannya dipenuhi daisy kuning-putih?" Aku tetap diam. Kuukir lagi kata dengan pena

Mendapatkanku tak segampang itu
Mau tau ya cari tau

Kamu tersenyum. Gelas kopi susumu sudah habis, tertinggal di atas meja. Kamu meninggalkannya begitu saja. Lantas, kamu pergi.

Berbulan aku masih di sini, menjadi penjaga toko. Masih dengan aroma kayu, bunga daisy, dan tumpukan buku, tapi tanpa kopi susu. Bingkisan hijaumu tergeletak kesepian di sudut ruang, hanya ditemani selembar sajak.

"Hai, gadis. Kopi susu satu" aku terbelalak. Suaramu. Dan aroma kopi susu menyeruak kembali di ruang itu. Kamu menunggu, aku diam.

"Gadis, maukah kuceritakan tentang sebuah kota?" Dalam hati aku menjerit. Tentu! Tapi aku tau malu.
"Tidak, terima kasih."
"Kenapa?"
"Karena aku bukan tempatmu berbagi cerita." Sahutku. Jujur saja, batinku menggebu ingin tau. Tapi tidak.


Hari berlalu. Kali ini aku tidak menjadi penjaga toko. Aku adalah gadis yang sedang menatap bocah di halaman rumah. Ketukan terdengar di pintu. Kamu.

"Gadis, ayahmu ada?" Tanyamu tanpa basa basi. Terbata aku berkata
"Ada."
"Gadis, bolehkah aku masuk?"
"Silakan."

Kini kamu berhadapan dengan ayahku. Peluh membasahi dahimu, tapi senyum masih merekah di bibirmu.
"Tuan, bisakah saya memiliki putri tuan?" Tanyamu. Lagi, aku terhenyak.
"Mau kau jadikan apa gadisku?" Ayahku menjawab keras.
"Kujadikan seorang ratu, tuan." Katamu. Dan aku tersipu


#naoneta #iseng