Jumat, 29 Mei 2015

Allah, (pantaskah) aku jatuh cinta (?)

Allah..
pantaskah aku, jatuh cinta?
Saat cintaku padaMu jauh dari sempurna, Kau tautkan hatiku ini pada seorang hamba
Allah..
tak mengapakah aku jatuh cinta?
Jika di tiap malam dan siangku bayangnya yang menyapa
Merusak sujud-sujud khusuk yang harusnya kupersembahkan pada Mu
Allah..
berdosakah aku telah jatuh cinta?
Kala bisikku tak lagi berupa dzikir padaMu, kala bisikku berganti desis menyebut namanya
Allah..
Salahkah aku karena jatuh cinta?
Rindu membaca kalam Mu berganti menjadi rindu membaca pesan darinya
Allah..
Cemburukah Engkau bila aku jatuh cinta?
Itukah sebab hatiku begitu merana?
Allah..
Ampuni aku, hapus gundah gulana dari hatiku
Ampuni aku, yang lalai dari mengingatiMu
Ampuni aku, getaran ini tak lagi karena Mu
Allah, tuntun aku...tuntun aku kembali menggapai nikmat bercinta denganMu
Allah..
jika Kau ridho, biar kami menyatu, dengan nama cinta karena Mu


Senin, 04 Mei 2015

----Kagum

"Dia benar-benar sederhana ya, Tri". Begitu kata temanku saat aku menceritakan tentang seseorang, sebut saja A (haha).
"Memang.." Balasku sambil menyeruput jus jeruk yang tinggal esnya itu.
"Aku ga tau bisa ngelihat kelebihannya dari mana". Kata temanku lagi. Aku tertawa. Aku juga merasa seperti itu.
"Hahahaha. Aku juga ga tau. Tapi mungkin kamu harus tau, dia itu sabar banget," belaku. Terbayang waktu dulu aku diberitahu tentang keadaannya. Aku menangis, tak tega, dan merasa bersalah. Tapi dia, dia malah menanyai kabarku, apakah aku baik-baik aja? Dan dia tersenyum, meski kusadari senyumnya sedikit pudar. Kamu juga harus tau dia pekerja keras, kataku dalam hati. Harus tau dia benar-benar tabah, pasrah, menyerahkan hidupnya pada Allah. Dia tidak sesederhana itu dalam urusan akhirat. Dia...ah, dia membuatku kagum. Entah mengapa rasanya ada sedikit rasa sesak di hatiku. Kagum sekali, dan rasanya saat aku melihat diriku, aku langsung jatuh. Sangat berbeda. Bacaan Al-Qur'annya juga amat merdu. Bahasa-bahasanya juga puitis. Dia romantis. Hatiku masih mengoceh. Aku terbayang saat saat mengajiku. Tajwidku, tentu masih banyak cacatnya. Hapalanku...teramat kurang! Dia pintar menjaga matanya. Sesuatu yang tidak banyak orang mampu melakukannya sekarang, mungkin termasuk aku. Entah dari mana hatinya terbuat. Begitu kuat, tapi begitu lembut. Masih saja kupenuhi dirinya dengan pujian. Dia menjalankan amanahnya semampu dia. Dia masih fokus pada amanahnya di saat-saat-yang menurutku- sangat berat. Dia dapat kekuatan dari mana? Kesabaranmu membuatku tak sabar. Dia perhatian sekali. Sangat perhatian. Dan aku jatuh dalam rasa pedulimu.
Aku harus banyak belajar darinya :)


-belajar bagaimana untuk sabar-