Selasa, 08 Juni 2021

Karena Dalam Mimpi Kita Tidak Patah Hati

Selimutku saban malam adalah sesal. Oleh karena itu, kulalui gulita bersamamu. Kubawa perasaan bersalah itu ke dalam mimpi. Setiap kali kau hadir, aku tetap saja tercengang. Bahkan dalam alam bawah sadar kau membuatku bertanya, "Apakah ini nyata?". Lalu muncul pertanyaan beruntun lainnya, "Apakah kau tersenyum? Apakah kau sudah memaafkanku? Apakah perasaan bersalahku sudah cukup untuk diampuni?". Tentu saja tidak adalah jawabannya. 

Pagi hari aku ditemui air mata, kadang-kadang aku ingin kau menerima sesalku. Meminta maaf berulang kali tidak pernah cukup, karena jelas-jelas aku menyakitimu hingga akarnya. Bagaimana mungkin, aku pantas dimaafkan? Maka, kuterima saja mimpi indah itu. Meski aku bangun dengan mendung.

Ada yang kukira tidak pernah berakhir, yaitu hubungan kita. Tidak masuk akal rasanya. Kau selalu menjadi bagian dari masa depan. Kita pernah saling tanya, bagaimana jika satu di antara kita harus pergi? Saat kau akhirnya pergi, aku tau aku tidak baik-baik saja. 

Kata orang, kita bukanlah sepaket yang serasi. Kita bagai langit dan bumi. Tapi orang tetap saja terheran saat kau jalan sendiri, aku entah di mana. Paket yang tidak serasi ini bisa berpisah juga? Lambat laun kita menjadi asing. Lebih asing dari yang terasing, karena kita tak akan pernah berkenalan lagi.

Hari ini aku memikirkanmu. Memikirkan mimpi-mimpi indah dengan harapan kau muncul kembali. Kapan aku punya kesempatan menemuimu, kecuali dalam tidurku?




Aku masih sahabatmu, kau terima atau tidak.