Kamis, 12 Oktober 2017

Buku dan Kesia-siaan

"Ya Allah, dek. Buku lagi?" Mas Ridwan setengah tak percaya melihatku yang kewalahan membawa buku-buku berdebu. Buku itu kutemukan di sudut kota, tepatnya di dalam toko tua beraroma kayu. Papannya jelas-jelas mengatakan 'jual beli buku bekas'. Sejak pertama kali kakiku menginjak lantai papan yang berdenyit itu, aku langsung jatuh cinta. Kerap kali aku ke sana hanya sekedar mengagumi buku-buku yang covernya nyaris lepas.
"Aneh kamu ini," begitu selalu Mas Ridwan menanggapi permintaanku akan buku-buku itu. Katanya, kebanyakan wanita teman-temannya meminta barang-barang mewah atau trendi atau apalah, yang jelas bukan buku dengan kertas hilang dimakan rayap. Tapi, diserahkannya juga sejumlah uang agar minatku pada kata-kata terpenuhi. Beberapa hari aku mulai akrab dengan penjaga toko, seorang gadis berkacamata. Dan ada pula satu pelanggan tetap, seorang lelaki yang selalu memesan kopi susu yang memang disediakan. Aku memperhatikan bahwa laki-laki ini menaruh hati pada si gadis, sama dengan aku yang mencintai buku. Aku sering pulang dari toko, seperti kali ini, dengan banyak buku. Rumahku penuh buku. Sampai Mas Ridwan mengeluh rumah itu aromanya seperti jaman dahulu. Dan kali ini Mas Ridwan tak tahan dengan tingkahku. Dia dengan syok memandangi buku-buku yang semakin lama semakin menggunung.
"Ay, aku tau kamu suka buku. Aku paham. Aku gak marah kalo kamu belanja buku. Tapi...ini keterlaluan!" Katanya. Alisnya hampir menyatu pertanda kesal. Aku menatapnya dengan tatapan berkaca-kaca.
"Tapi aku cinta buku, Mas.." jawabku.
"Iya, aku tau. Tapi kalo tiap hari kamu pulang bawa buku segini banyak, belum dibaca pula, buat apa? Mencari ilmu gak sampe mubazir gini, Ay!" Katanya lagi.
Aku terisak. Akhirnya lelakiku ini melembut. Diusapnya pipiku.
"Aku gak marah. Aku senang kamu rajin mencari ilmu. Tapi selesaikan satu persatu, ya. Boros itu sifatnya setan, yang boros temennya setan. Kalo kamu beli tapi gak dibaca, kan sayang. Masa perempuanku yang cantik temenan sama setan?" Dasar sok lucu!
Aku terhenyak juga. Buku-buku itu lebih banyak menumpuknya daripada dibaca. Ah, aku jadi merasa bersalah. Baiklah, aku selesaikan!

Tidak ada komentar:

Posting Komentar