Kamis, 12 Oktober 2017

Fire Wings Richeese Factory

Suatu hari, seorang murid di sekolah kehidupan pergi mengembara. Ia menunggangi kuda ajaibnya yang berwarna merah muda. Perjalanan yang ia tempuh cukup jauh dan melelahkan. Murid itupun merasa lapar, perutnya yang memang agak berbeda dengan perut manusia kebanyakan bergenderang nyaring dan berisik. Demi memenuhi hasrat perutnya yang berkeroncong itu, ia mengarahkan pacu kudanya menuju pasar. Kuda terus berderap dengan kencang dan akhirnya tibalah mereka di pinggir pasar. Dari kejauhan, murid itu melihat sebuah tenda besar berwarna merah dan oranye, sangat mencolok di keramaian pasar. Seperti tersihir, ia menghampiri tenda itu tanpa menoleh kemanapun lagi. Di atap tenda itu terpasang tulisan 'pabrik keju'. Alih-alih menjual keju, tenda tersebut malah menjual ayam bermacam-macam. Sang murid melongo dan mengagumi serba serbi ayam itu. "Anda sedang lapar, Tuan?" Penjaga stan menghampiri dan bertanya. Ia adalah seorang bapak gendut yang kelihatan sangat ramah dan kenyang. Pipinya gembil berwarna merah berseri-seri. Entah mengapa, melihat bapak itu nafsu makan sang murid meningkat berkali lipat. Ia secara spontan menunjuk seonggok daging ayam yang warnanya cerah sekali, tidak pernah ia lihat sebelumnya. "Wah, wah. Itu adalah ayam api, Tuan. Rasanya pedas luar biasa. Tapi untuk menghilangkan pedasnya, saya sudah menyiapkan air ramuan yang segar ini. Lengkap dengan pasta keju yang lezat!" Penjaga stan tampak semangat menjelaskan menunya yang 'pedas' itu. Sang murid mengangguk, ia ingin mencoba ayam api. Lantas ia pergi meninggalkan pasar dan berteduh di bawah sebatang pohon yang di bawahnya terdapat mata air kecil. Gigitan pertama, rasa lezat menghampiri seisi mulut sang murid. Gigitan kedua, rasa pedaslah yang singgah. Gigitan ketiga, telinganya serasa terbakar. Buru-buru ia meminum ramuan yang diberikan tadi, yang warnanya sangat mirip kuda ajaib dan rasanya pun ajaib. Meskipun lidah dan telinganya serasa terbakar, serta matanya mulai berair lantaran kepedasan, ia seolah tidak mampu berhenti mengunyah. Setelah habis santapannya, sang murid duduk sejenak. Perlahan, rasa nyeri menusuk-nusuk perutnya. Oh tidak! Ia dilarang tabib makan makanan pedas. Sekarang, maagnya kumat  

The End

2 komentar: