Jumat, 18 Februari 2022

Disangka Biasa

Kita suka ga sadar aja kalo orang di sekitar kita spesial banget, bahkan di mata negara. Ketemu sama temen yang ngebanyol bersama, eh tau-tau liat berita dia dan dia dan dia yang kemaren ngegembel bareng di stasiun punya omset bisnis puluhan milyar setahun. Dia yang waktu itu nunjukin produk usahanya yang masih dicetak ke tukang buat dijual, sekarang udah punya pabrik sendiri, karyawan sendiri. Dia yang drop out dari kampus dan sempat jualan cilok di sekolah, udah punya kebun besar dan punya karyawan. Dia yang kemaren ga mau pesen kopi karena budgetnya terbatas, eh sekarang keliling Indonesia jadi influencer dan speaker karena dia duta nasional. Temen yang waktu itu kongkow ngobrolin desain, ternyata otaknya encer banget dapet beasiswa sampe doktor. Yang telat bangun di kepanitiaan, baru aja pulang dari Belanda karena tesisnya udah kelar. Temen main ke kandang kambing dan disengat lebah, udah jadi winner gentleman of Indonesia, udah jadi senior di salah satu lembaga keuangan elit Indonesia, udah jadi hafidzah Al-Qur'an. Ada-ada aja umat manusia. Diam-diam menghanyutkan. 

Uniknya, mereka semua ga merasa spesial. Mereka merasa diri mereka itu sangatlah biasa. Tidak punya pencapaian lebih dan kadang malah ngadu insekyur. Buset nih anak, bisa-bisanya dia insekyur padahal memiliki semua yang kuinginkan. 

Jangan-jangan kita sebenarnya gitu juga. Kita tidak percaya pada diri sendiri. Merasa tidak ada apa-apanya dan orang lain lebih keren. Seperti tidak berkembang.

Padahal, bisa aja teman kita sedang mengagumi kita. Perjuangan kita. Bisa aja di mata mereka kita tidak biasa-biasa aja. Dan di mata kita mereka juga luar biasa. Kita adalah orang-orang istimewa. 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar